Secangkir Puisi & Secarik Kopi

Seduh kopimu, larutlah kita sampai larut
Kukatakan lantang pada pagi: jangan berani datang!
Sebelum kudapat sayang, aku pantang pulang

Dua puluh empat tahun yang lalu aku linglung menyapa dunia
Mana tahu kausapa kecilku saat dewasa
Apa kabar? Masih pelupa!

Seduh kopimu, larutlah kita sampai larut
Perutmu keroncongan yang kaumakan hanya omongan
Itu pun sisa bualan istana tentang dongeng sialan

Kopiku habis dan puisiku terkikis
Kau mesti ganti rugi
Sebab hari makin pagi
Sedang aku belum puas memaki
Kau tak boleh pergi
Kerah bajumu sobek lagi

Janji berpuisi, janji sehidup semati
Tapi apa boleh buat jika kau payah mengingat

Ukuran sepatuku empat puluh
Kupukul kamu saat kita bertemu
Hitung mundur dari seribu
Nanti baru buru-buru

Asal kautahu, Tuan Serigala
Asaku cuma punya satu nama, ia tak meminta apa-apa
Kecuali secangkir kopi yang kau seduh sendiri
Yang kau tinggalkan selepas diludahi


Tanjungpandan, 21 April 2025
—Pemetik Asa









Komentar

Postingan Populer