Mendadak Berperan
Bagi kalian yang sudah follow akun instagramku waw sangat pede
mungkin tahu, kalau kemarin aku diamanahi peran kece sebagai MC
di event Salman Spiritual Class. Ini kali keduaku mencoba daftar dan
lolos dalam seleksi MC di event yang sama. Pertama di SSC 28, berpartner
dengan Kak Fira, Haqi, dan Yogi. Lalu sekarang di SSC 31, aku berkesempatan
belajar bareng Shara, Keke, dan Yusuf. Lain kali aku ceritakan deh pengalaman ngemsi
yang membawa perubahan besar dalam hidupku ini versi lengkapnya. Kalau Allah
izinkan dan aku gak lupa, hehe.
Saat ini, aku mau cerita satu kejadian unik
dalam menjalankan peranku di SSC 31. Siapa tahu ada hikmah yang bisa dipetik. Aku
rasa, aku harus segera menuliskan ini karena sangat berkesan dan berharga untuk
dikenang.
Jum’at kemarin, 6 Agustus 2021, pukul 21.35 WIB, Shara tiba-tiba
mengajak geng emsi untuk segera kumpul online di G-Meet. Padahal
baru aja Yusuf dan Shara selesai menjalankan tugas di Sharing PKP Day 7. Dia
bilang, ini tuh sangat penting. Ada hal mendesak yang harus segera
didiskusikan. Di grup lain, Kang Ismet, ketua divisi Acara SSC 31, mengumumkan
bahwa ada pergantian suasana untuk acara esok hari.
Aku langsung masuk ke link yang sudah
dikirim di grup MC, dan mendapati Shara yang masih di-mute. Rupanya device
Shara agak bermasalah, sehingga tombol mute tidak bisa dibuka. Lucunya, Shara
langsung jelasin inti permasalahan dengan gestur tubuhnya agar aku paham. Aku
coba menebak dengan menyebutkan beberapa kalimat sampai dia mengangguk
membenarkan. Tiba-tiba jadi main tebak gaya aja nih. Kami tertawa konyol, lalu
Yusuf masuk dan bersuara, menyuruh kami untuk pindah ke Zoom biar semuanya
lebih jelas.
“Intinya udah ngerti ya, Fa. Shara udah nanya ke
panitianya tapi katanya diusahakan dulu, dan disaranin jadwal MC diganti sama
partner lain aja,” ujar Shara. Ekspresinya menunjukkan rasa bersalah.
“Yusuf bisa?” tanyaku.
“Siap insyaAllah, bisa.”
“Hmmm, bismillah, yaudah gapapa aku usahakan
bisa juga. Semangat buat besok, Shar,” timpalku. Namun dalam kepala ini, semua
berputar sangat cepat. Ada benda berat yang rasanya menimpa tubuhku perlahan,
nyaris membuatku ambruk, memproses segalanya dalam waktu sesingkat dan
semendadak itu sesungguhnya... tak sanggup.
Aku dan Yusuf yang seharusnya dijadwalkan jadi
MC untuk hari Ahad, tanggal 8, malah harus menggantikan Shara dan Keke di hari
sebelumnya. Alias keesokan hari dari pemberitahuan Shara malam itu. Kurang dari
12 jam sisa waktu yang kita punya untuk bersiap-siap tanpa persiapan yang matang.
Masalahnya, aku sama Yusuf belum latihan sama sekali untuk jadwal kami,
pembagian teks MC dan games pun belum kami diskusikan.
Ditambah perutku yang sedang tidak baik-baik
saja sedari maghrib. Sakit luar biasa. Seperti ada yang demo di dalam sana dan mencubit-cubit
lambungku. Aku tahu ini lebay, tapi emang rasanya kayak gitu. Kepala pun tidak
mau berkompromi, pusing melanda di kala aku harus memikirkan banyak hal detik
itu juga.
Sembari meet berlangsung, aku memasang
wajah seceria mungkin, sambil mengaduh memegangi perut. Memohon doa dari
teman-teman supaya besok bisa kembali fit, sehat wal ‘aafiat. Bahkan
grup KITA, para sahabat lamaku yang kutinggalkan teleponnya karena meet
itu pun kumintai doa. Beberapa pesan masuk mendoakan kesembuhan dan
kelancaranku untuk amanah di keesokan harinya.
Dengan sigap, pembagian tugas pun dilakukan agar
efisien. Yusuf menghubungi tim kreatif untuk meminta template desain SSC, aku
menyusun teks MC sedangkan Keke dan Shara kumintai tolong merapikan slide
games. Meet selesai. Aku meminta Yusuf untuk istirahat duluan,
latihan bisa dilakukan selepas shubuh. Lagi pula teksnya belum rampung.
Berhubung aku sedang berada di rumah saudaraku
yang lokasinya di daerah dataran tinggi –bukan tempat biasanya ngemsi karena
kalau wifi mati, sinyal data seluler belum tentu ada—, sebelum
tidur aku langsung bilang sama ummi perihal amanah dadakan ini. Syukurlah ada
tante yang bisa mengantarku pagi nanti ke tempat biasanya, rumah saudaraku yang
lain.
Apa aku langsung tidur? Oh tentu tidak. Teks MC berhasil kuselesaikan
cukup lama, baru kukirim ke Yusuf jam setengah dua dini hari. Obat-obatan
herbal dan madu kuminum dahulu, alarm kupasang sesering mungkin, dan bantal
pemanas stand by di atas perutku, barulah aku bisa tertidur pulas.
Rencana latihan ba’da shubuh pun gagal, karena sesuai dugaan... telat. Dan harus langsung siap-siap turun pindah lokasi. Jam tujuh pagi, aku dan Yusuf
latihan sebentar, briefing acara dengan panitia lain, dan langsung masuk
ke Streamyard (platform yang dipakai Kaderisasi Salman untuk live
streaming di Youtube). Latihan lagi sebentar di situ, sekalian atur
posisi, tes suara dan pencahayaan.
Satu lagi hal yang aku syukuri sebelumnya,
alhamdulillah aku sudah menemukan cara terbaik sharescreen di platform
tersebut. Yang di dalamnya aku tetap bisa share sekaligus lihat diriku sendiri di layar. Mungkin
biasa bagi orang lain, tapi bagiku ini hal baru. Pertama kali bisa pun
kulakukan ketika tengah bertugas di jadwal sebelumnya, aku buka dua link Streamyard,
satunya SSC dan satu lagi punyaku sendiri, lalu kucoba di situ. Entah kenapa
merasa bangga dengan satu pencapaian biasa ini, haha. Akhirnya, saat sesi games
bersama Yusuf kali ini pun, aku sendiri yang sharescreen.
Alhamdulillah wa syukurillah, hari itu berjalan
dengan sebaik-baiknya. Padahal udah hopeless, banyak yang dikhawatirkan,
ditambah sakit perut masih melanda sedikit di tengah acara. Sampai-sampai
bantal pemanasnya gak pindah-pindah, selalu ada di atas perutku. Bukan tidak
ada ke-chaos-an lain di tengah keberlangsungan acara. Banyak. Tapi
yaa... Allah Maha Kuasa, Dia yang memampukan aku dan Yusuf, pun seluruh tim yang bertugas, melewati badai salju
(istilah suasana di Esmerada Land) dengan cara paling elegan. Untuk seukuranku yang
masih amatiran di dunia per-MC-an, ini pengalaman mengesankan.
Hari itu, aku belajar mengendalikan diri, menahan emosiku
sendiri agar bersikap lebih tenang menghadapi tantangan yang ada di depan mata.
Aku percaya, Allah menempatkan hamba-Nya di situasi yang berat untuk
menjadikannya lebih kuat. Kenaikan kelas. Bukankah di sini profesionalisme kami
jadi lebih terasah?
Terima kasih ya Rabb, untuk kesempatan terbaik yang
selalu Engkau hadirkan. Teruslah bimbing kami di jalan yang Engkau ridhoi,
kuatkan kami untuk memaksimalkan peran dan potensi yang Engkau titipkan, lalu dengannya
jadikanlah kami manusia bermanfaat di mana pun kami berada.
***
NB: Kalau kamu panitia/peserta SSC 31 yang jadi saksi kami di hari
itu, makasih yaa udah bekerja sama menyemarakkan acara dan menambah semangat
kami. Kalian terbaik! Jadi kangen banget momen enam belas harinyaaa :’)
Bandung, di penghujung Agustus
Yang pura-pura jadi Kaori dari Musim Semi
Komentar
Posting Komentar
Mari tinggalkan jejakmu bila berkenan :)