Teman Sesurga

Jadi dirimu sendiri, menyelami perjalananmu yang penuh kejutan pasti tak mudah, ya? Kamu tak benar-benar sendiri, kok, selalu ada Dia, pun aku selalu berusaha ada untukmu.

Malam jadi saksi tulisanku kali ini. Mengingat-ingat kembali, apa saja yang telah terjadi selama lebih dari sewindu kita berteman. Namun kurasa, lamanya saling mengenal bukanlah hal yang paling penting dalam sebuah kisah persahabatan. Persahabatan, pasti lebih dari itu. Ada keterlibatan hati dalam setiap prosesnya. Karena bisa saja kita bertemu dengan seseorang yang sangat ‘klik’ di suatu kondisi, dan langsung merasa orang itu adalah sahabat yang paling mengerti kita, yang mungkin akan bertahan selamanya. Meski itu pertama kalinya berjumpa.

            Namun mengenalmu sejak saat itu, hingga kita bisa serekat ini… tetaplah istimewa.



Kita adalah sahabat yang dipertemukan di dunia. Aku tak tahu apakah kita akan kembali bertemu di akhirat nantinya, di tempat terbaik yang disebut surga. Akankah? Aku harap jawabannya ‘iya’. Seandainya kamu nanti sampai di sana terlebih dahulu, kumohon tanyakan namaku pada Illahi Rabbi, ajaklah aku untuk menjejak taman-taman surgawi bersamamu.

Aku bukanlah Abu Bakar yang kesetiannya pada Baginda Rasulullah begitu terkenal sepanjang masa. Apalagi Rasulullah yang begitu memuliakan sahabat-sahabatnya. Tapi aku bisa belajar dari sosok keduanya, berusaha sekuat jiwa dan raga untuk mempertahankan hubungan persaudaraan ini karena keridhoan-Nya. Setelah kita satu sama lain saling menemukan makna hijrah dalam pandangan masing-masing, sama-sama berlari meraih ilmu, sama-sama belajar menghamba dengan sebenar-benarnya pada-Nya… hadirmu, wahai sahabat, menjadi salah satu nikmat terbesar yang sangat aku syukuri.

Terima kasih sudah menyadarkan diri, bahwa rezeki sejatinya bukanlah hanya sebatas materi. Memiliki teman seperjuangan, yang berjalan beriringan di jalan penuh liku, terus mendukungku untuk bangkit, memaklumi dan menegur kapanpun aku salah, dan selalu siap menyediakan bahu dan telinga atas setiap cerita yang akan kutumpahkan, adalah sebuah keberkahan. Aku merasa disayang Allah dengan hadirnya sosok-sosok seperti itu di sekitarku. Terutama atas kehadiranmu, teman yang paling berharga.

Semangat bertumbuh, Sayang. Teruslah bersinar untuk dirimu, dan menyinari semesta dengan pesonamu. Jangan mudah menyerah dalam berlelah-lelah di dunia yang fana ini demi kenyamananmu di keabadian yang sesungguhnya. Kamu hebat, dan aku selalu bangga terhadapmu.

Bandung, 9 Juli 2021

Yang mengaku sebagai sahabatmu,

Raufa Sa

Komentar

Postingan Populer