Syukurmu Sedikit Sekali
Katakanlah, “Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur. (Q. S. Al Mulk [67]: 23)
Malu banget ya? Awalnya aku mau bolos setoran hafalan, karena…
jangankan lancar, hafal aja belum. Pekan sebelumnya, Allah menitipkan nikmat
sakit padaku sampai aku tidak bisa setoran barang seayat pun. Tapi pekan ini,
di saat aku sudah diberi kesehatan kembali, bisa-bisanya aku berpikir untuk
bolos. Duh, dasar aku.
Aku coba melanjutkan hafalan beberapa ayat pertengahan surah Al
Mulk, sambil meresapi arti setiap ayatnya. Awalnya niatku hanya agar lebih
mudah dalam menghafal. Tapi lama kelamaan, aku merasa Allah sedang berbicara
padaku. Menegurku. Sampailah aku pada ayat ke-23 yang ada di atas.
Sedikit sekali, aku, yang mengaku seorang hamba ini, bersyukur
kepada Rabbku.
Setiap harinya, kelompok mentoring yang aku miliki selalu
mengingatkan untuk laporan amalan yaumiyah. Salah satu list laporan tersebut
adalah ‘jurnal syukur’, kami harus menyebutkan hal-hal apa yang kami syukuri
hari itu. Sebelumnya, aku selalu memutar otak setiap hendak menuliskan jurnal
syukurku. Seolah-olah apa yang aku tulis harus selalu ‘waw’, harus selalu
berbentuk nikmat yang sangat besar hingga patut disyukuri. Seringnya bingung
sendiri harus menuliskan apa.
Setelah sampai pada ayat tadi, aku tersadarkan bahwa yang namanya
kenikmatan dari Allah, rezeki dari Allah, itu tidak terbatas pada apa-apa yang
kita bisa lihat saja. Terkadang kita merasa apa yang baru saja kita dapatkan sangatlah besar, tapi
lupa pada apa yang sejak awal sudah kita miliki. Padahal keduanya sama-sama
rezeki. Rasa syukur kita terhadap hal yang kita senangi terkadang lebih besar
dari hal lainnya, padahal seharusnya, bersyukur itu dalam segala kondisi. Rasa
syukur yang kita miliki setiap detiknya harus terus bertambah, semakin besar,
terhadap apapun. Kewajiban bersyukur bukan hanya karena diberi harta dan tahta,
bukan hanya karena impian kita tercapai, bukan karena apa yang kita minta
langsung dikabulkan. Lebih dari itu, kita juga harus bisa melihat nikmat-nikmat
yang selama ini kita rasakan namun luput untuk disadari.
… menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani bagi kamu…
Mendengar. Betapa sempurnanya Allah ciptakan alat pendengaran dalam
tubuh ini, sedang di luar sana banyak sekali orang yang mengenal dunia hanya dari
kesunyiannya karena tidak mampu untuk mendengar.
Melihat. Betapa sempurnanya Allah ciptakan alat penglihatan dalam
tubuh ini, sedang di luar sana banyak sekali orang yang mengenal dunia hanya
dari kegelapannya karena tidak mampu untuk melihat.
Berisiknya dunia yang sering kali kita keluhkan, ternyata adalah
kenikmatan besar yang dirindukan oleh orang lain. Pemandangan membosankan yang
sering kali kita keluhkan, ternyata adalah kenikmatan besar yang diimpikan
orang lain. Pantas Allah bilang kalau syukurku sedikit sekali, karena nyatanya
aku telah abai atas nikmat-nikmat besar ini. Menganggap semuanya biasa saja, seolah
bukan hal istimewa.
Ujian pada realitanya, tidaklah hanya berupa ketidakpunyaan saja. Kita pun
dapat diuji dengan kenyamanan atas apa yang sejak semula telah kita punya, sampai-sampai terlupa dari rasa syukur.
Allah… Ampuni hamba yang alpa ini, jadikanlah hamba termasuk
jiwa-jiwa yang pandai dalam bersyukur kepada-Mu.
Hello, Kak. Aku udah baca tulisan kakak yang ini. Betul bgt, seringkali hal besar yang memberikan kenikmatan kepada kita yang pantas untuk disyukuri. Aku sendiri lupa dg hal-hal kecil seperti ada temen yang mau boncengin, ada temen yang mau nyapa kita sambil tersenyum itu merupakan salah satu hal kecil yang sebenarnya bisa kita syukuri. Thanks for sharing, aku suka baca cerita kakak. Btw, sini jangan lupa mmapir di website kampusku ya, klik link ini walisongo.ac.id di sana banyak informasi yang bisa menambah literasi kita.
BalasHapus