Menjadi Baik

Teruntuk siapa pun kamu yang tengah membaca blog ini, terima kasih sudah datang. Aku berharap melalui tulisan-tulisan di ruang ini, akan ada orang-orang yang hatinya digerakkan oleh Allah untuk memetik manfaat sekecil apapun itu. Semoga Allah limpahkan rahmat-Nya pula untuk kita semua.

Teman, aku memang bukan seseorang yang baik, jika kalian mengenalku sebagai orang baik... itu karena Yang Maha Baik telah menutup-nutupi segala aib yang aku miliki. Malu rasanya diri ini kini berbagi kebaikan sedangkan terkadang tidak sesuai dengan yang diamalkan. Namun aku tersadarkan oleh sebuah hadits.

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.” (HR. Bukhari)

Ternyata, kebaikan serta ilmu sesedikit apapun yang kita ketahui, tak seharusnya kita nikmati sendiri. Apalagi jika hal itu kita peroleh dari teladan kita, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Tak hanya harta yang wajib kita bagi, ada pula kebaikan-kebaikan yang kelak dapat menolong kita di hari perhitungan meskipun raga kita telah terbenam di dalam tanah. Bukankah ilmu yang bermanfaat, adalah salah satu amal jariyah yang akan mengalirkan pahala untuk kita? Lantas, mengapa kita simpan sendiri hal-hal baik yang selama ini kita dapatkan?

Jujur, ketika mempelajari sesuatu untuk dipahami diri sendiri... rasanya sulit sekali ilmu itu melekat dalam otak. Namun saat seseorang bertanya, lalu kita mencoba menjelaskan ulang tentangnya, secara otomatis otak kita mampu mengingatnya bahkan sangat detail. Semakin banyak yang diceritakan dan diajarkan, semakin rekat pula di ingatan. Menakjubkan.

Perihal belum menjadi orang 'baik', aku memang mengakui itu. Bahkan selama ini aku seolah terkurung dalam penjara yang kubuat sendiri, rasa bersalah. Namun berulang kali pula aku menyakinkan diri, manusia memang hina dan kerap melakukan hal hina, tapi yang menciptakan manusia adalah Dia, Yang Maha Suci. Sombong rasanya jika menyimpulkan sendiri Allah tidak akan memaafkan hamba-Nya.  Mungkin ada yang salah di dalam hati, jika tak lagi mau berserah diri pada-Nya, tidak mau kembali menyucikan jiwa dari lumuran dosa yang menghantui. Padahal Allah sudah memanggil kita secara langsung melalui kalam-Nya.

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53) وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ (54)
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).
Maka, mulai saat ini... izinkan aku, seorang hamba yang lemah ini, berbagi sedikit demi sedikit hal apapun yang aku temui dalam hidupku. Tak melulu soal agama. Tapi, tolong ingatkan aku jika ada sesuatu yang salah dalam setiap kata yang coba kutuliskan pun lisankan. Sehingga baik aku atau pun kamu, bisa sama-sama belajar. 

Terima kasih.

Selamat menggali apa yang tersimpan di sini nanti :)

Komentar

Postingan Populer